operations |
comment | "parent_author":"",<br>"parent_permlink":"acehnologi",<br>"author":"bellasaraswati",<br>"permlink":"acehnologi-volume-3-bab-25-sistem-kebudayaan-aceh",<br>"title":"ACEHNOLOGI (VOLUME 3,<br> BAB 25) : SISTEM KEBUDAYAAN ACEH",<br>"body":"![2624606E-0A0E-4672-9ABD-D2EC6F8F0C5A.JPG (https:\/\/cdn.steemitimages.com\/DQmfEbAVzymfTFzfb83i7NKAxphP65gZQmvtgTBURbWbRuf\/2624606E-0A0E-4672-9ABD-D2EC6F8F0C5A.JPG)\n\nUntuk menemukan system kebudayaan Aceh kita akan mengupas kemampuan manusia Aceh menciptakan,<br> merekayasa,<br> dan mempertahankan sistemkebudayaan itu sendiri,<br> dengan memunculkan konsep I (saya),<br> being (keberadaan),<br> dan action (aksi). Dari konsep ini kita akan mengetahui atau menyadari arti \u201cjati diri\u201d Aceh.\nDari konsep \u201csaya\u201d yang dalam bahasa Aceh diartikan lon dan keberadaan diartikan dengan na. Jika digabungkan menjadi na lon (keberadaan saya),<br> sebaliknya jika saya tidak berada yaitu hana lon. Ketika kita menyebutkan ketiadaan atau tidak berada maka akan menjadi : saya tidak tahu arah,<br> sayatidak tahu lurus,<br> tidak tahu posisi,<br> dll. Jika ditambahkan udep (hidup) maka menjadi na tuho udep (tahu arah hidup),<br> na teuat udep (tahu hidup yang lurus),<br> na turi udep (kenal dengan kehidupan),<br> dll. Kemudian jika dikaitkan dengan istilah droe (diri),<br> akan muncul kalimat: na tupat (tahu dimana diri),<br> na turi droe (tahu kenal diri),<br> na tu\u2019oh droe (tahu diri,<br> dll.\nKetika hal ini dikaitkan dengan sejarah kita akan mengetahui arti Islam dalam kehidupan orang Aceh sendiri. Ulama yang mencari jawaban yang kemudian dituang kedalam kitab-kitab karya mereka sehingga menerjemahkan pesan-pesan kedalam kehidupan.\n\nDi Barat mengenai makna dari \u201csaya\u201d didapatkan dari mencari bagaimana formulasi kenali diri atau kesadaran diri. Dikaitkannya kajian Aceh dengan pencerahan di Barat karena terjadinya era yang sama dalam kebangkitan akal dan very abstract system of idea pada abad ke-16 dan 17 M. kalau di Barat itu menegasikan agama dan memunculkan filsafat dan sains,<br> berbeda dengan Aceh yang memunculkan peradaban dan agama,<br> kemudian agama tersebut menjadi landasan struktur dalam pemikiran orang Aceh.\n\nAceh pernah berhasil menerapkan very abstract system of idea di Selat Malaka dan di Selat Malaka diberikannya identitas Melayu. Pulau Jawa juga tidak terlepas dari system berpikir yang menjadi hasil dialektika intelektual dan spiritual orang Aceh. Daerah laut atau pesisir memberikan pengaruh kuat dan berjasa dalam mengembangkan ide-ide progresif. Ketika konsep ini diawakafkan pada 2etnis di Asia Tenggara,<br> Aceh menjadi hilang akan konsep tersebut. Dapat kita lihat dimana hilangnya kerajaan Aceh ditepi laut yang hilang kekuasaan dan otoritas sejak penjajah datang. Karya intelektual yang dibakar dan dibawa ke negeri asal penjajah. Meski dalam peperangan memang sudah kerap dibunuh jasad intelektual,<br> tapi juga dihilangkannya spirit intelektual tersebut. \nSehingga tidak adalagi kekuasaan dan peradaban di tepi laut Aceh,<br> yang tersisa hanyalah reusam. \n\nRasm dalam bahasa Arab artinya gambar,<br> sedangkan dalam Bahasa Inggris diartikan dengan graphy. Aturan-aturan yang dihasilkan dari reusam ini lebih kepada local wisdom. Lebih mudahnya reusam ini adalah aturan yang tingkatannya paling bawah atau ditingkan gampong yang dihasilkan dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat Aceh terdahulu.\n\nJadi dalam kajian Acehnologi ini lebih dulu bekerja pada wilayah spiritual dan fondasi metafisik intelektual. Kemudian ide-ide yang direncanakan dalam pikiran mampu dipraktikkan dalam kehidupan orang Aceh.",<br>"json_metadata":" \"tags\":[\"acehnologi\",<br>\"kebudayaan\",<br>\"aceh\",<br>\"ksi\",<br>\"indonesia\" ,<br>\"image\":[\"https:\/\/cdn.steemitimages.com\/DQmfEbAVzymfTFzfb83i7NKAxphP65gZQmvtgTBURbWbRuf\/2624606E-0A0E-4672-9ABD-D2EC6F8F0C5A.JPG\" ,<br>\"app\":\"steemit\/0.1\",<br>\"format\":\"markdown\" " |
|