operations |
comment | "parent_author":"",<br>"parent_permlink":"blog",<br>"author":"bayuangora",<br>"permlink":"6dobnb-anjing-dan-cendrawasih",<br>"title":"Anjing Dan Cendrawasih",<br>"body":"https:\/\/www.pedomanwisata.com\/mdh.1492082192.jpg \n\nKetersinggungan manusia mengenai umpatan jenis hewan tertentu,<br> itu tidak bisa lepas dari yg namanya konsensus,<br> atau kesepakatan bersama yg berlaku di masyarakat. \n\nKetika kita diumpat dengan sebutan cendrawasih,<br> mungkin kita tidak akan tersinggung. Karena kita tahu,<br> bahwa konotasi yg berlaku di masyarakat mengenai cendrawasih adalah hewan yg unik,<br> indah,<br> dan langka. Bahkan cendrawasih sering dianggap sebagai birds of paradise. \n\nBeda lagi ketika kita diumpat dengan sebutan anjing,<br> mungkin banyak yg akan merasa tersinggung. Karena konotasi yg berlaku di masyarakat (terutama di lingkungan relijius agama tertentu) mengenai anjing adalah hewan yg najis dan nista. \n\nSo,<br> apakah itu artinya anjing lebih rendah daripada cendrawasih? Tentu saja tidak! \n\nKita lihat saja faktanya. Hewan mana yg lebih banyak berkontribusi dalam peradaban manusia? Mulai dari menemani,<br> menjaga,<br> melacak,<br> mengintai,<br> memburu,<br> menggembala,<br> dll. Apakah itu berkat kontribusi anjing atau cendrawasih? \n\nKalau kita merasa tersinggung ketika disebut anjing,<br> sementara di sisi lain malah merasa bangga ketika disebut cendrawasih,<br> itu artinya kita sudah terjebak oleh konsensus yg absurd,<br> sekaligus ikut menyepakati konotasi bahwa anjing adalah hewan yg najis dan nista. \n\n- Bayu Angora",<br>"json_metadata":" \"tags\":[\"blog\",<br>\"indonesia\",<br>\"hewan\",<br>\"anjing\",<br>\"cendrawasih\" ,<br>\"image\":[\"https:\/\/www.pedomanwisata.com\/mdh.1492082192.jpg\" ,<br>\"app\":\"steemit\/0.1\",<br>\"format\":\"markdown\" " |
|